Suasana senja yang selalu berlomba menyusuri jalan pulang. Bergelut
dengan ramai kendaraan dijalan, seolah para pemilik enggan untuk mengalah. Sebab, setiap pengandara punya tujuan masing-masing dikejar deadline. Begitupun aku,
usai dengan kepentingan kantor yang membuat pulang harus menjelang maghrib
tiba. Buru-buru ingin ku sampai tempat ibadah terdekat rumah sebagai tempatku “pulang”
mengadu pada Sang Pencipta perihal pagi hingga soreku. Sesampainya disana, sholat
berjamaah telah usai dan dilanjutkan dengan kajian. Ditengah kajian yang sedang
berlangsung, aku mengadu pada Sang Pencipta. Senang sekali rasanya, teduh di
hati, hilang beban di jiwa, dan nafas lega di dada. Ku adukan semua pada Sang Pemberi
Hidup tentang kegiatan seharian, pekerjaan, hingga orang disekitarku. Tak lupa
memanjat doa yang selalu menjadi harapan disetiap waktu. Setiap doa yang
selalu bertambah atau terganti sesuai kondisi yang tengah dialami. Usai "mengadu" aku menyenderkan sejenak punggungku ke tembok sembari mengevaluasi diri ini seharian. Ada banyak yang perlu aku perbaiki demi “sesuatu”
yang lebih baik. Selanjutnya, setelah badan sudah mulai enak untuk diajak lagi mengendara, pulang lah aku dengan suka cita meskipun tercampur lelah. Di perjalananku menuju rumah aku berpikir...
BUKANKAH HIDUP ADALAH SEBUAH PERJALANAN. SEMUA PERJALANAN
TENTU AKAN ADA PEMBERHENTIAN SEBAGAI TUJUAN AKHIR. HIDUP JUGA AKAN BERMUARA
KEPADA KEMATIAN. LELAH AKAN MEMPUNYAI ARTI JIKA SELALU
DISERTAI RASA SYUKUR ATAS KESEMPATAN DAPAT MELAKUKAN PERJALANAN. PADA AKHIRNYA,
PERJALANAN INI ADALAH BEKAL KITA UNTUK KEKAL DIKEMUDIAN HARI.
That's right :)
ReplyDelete